Senin, 11 Maret 2013

SELAMAT KARENA KELAINAN OTAK - KEAJAIBAN

Tak ada yang tahu kalau Petra Anderson memiliki “cacat” dalam otaknya. Perempuan kelahiran 22 tahun lalu itu tampak tak berbeda dengan rekannya yang lain. Ia memiliki hobi bermain musik dan termasuk pemusik yang berbakat.
Minggu lalu bersama dua rekannya ia berniat nonton film The Dark Knight Rises pada pemutaran perdana di sebuah bioskop di Aurora, Colorado, Amerika Serikat. Malangnya, di sana ia jadi salah satu korban penembakan membabi-buta oleh seorang psikopat James Eagan Holmes yang menewaskan 12 orang dan mencederai 58 lainnya. Petra sendiri tertembak empat kali, tiga di lengan dan bahunya, satu peluru mengenai hidungnya dan kemudian menembus otaknya dan bersarang di bagian belakang kepalanya.
Ia dibawa ke rumah sakit dengan harapan hidup yang tipis. Tim dokter yang menanganinya kemudian memutuskan akan mengeluarkan peluru itu melalui operasi. Operasi pun dilakukan dan berlangsung selama lima jam.
Menurut penuturan pihak keluarga dan kerabat Petra, tim dokter akan mengambil peluru yang bersarang di tulang kepala bagian belakang kemudian membersihkan luka-luka bekas jalannya peluru di dalam otak agar tak terjadi infeksi. Dengan peluru menembus otak mereka hanya bisa berharap semoga kerusakan otak tidak fatal.

Lima jam berlalu. Tim dokter kemudian menghampiri keluarga Petra. Namun ketika tim dokter menghampiri pihak keluarga, dokter bilang, “Tak banyak yang bisa kami lakukan. Tapi semuanya berjalan baik. Kami hanya menemukan sedikit kerusakan pada otaknya. Itu malah lebih baik dari yang kami harapkan,” tuturnya.
Ternyata selama operasi itu tim dokter dikejutkan dengan kondisi yang mereka temukan. Ketika peluru mengenai hidung Petra, peluru kecil yang biasa digunakan untuk berburu kijang itu tak berhenti di batang hidungnya. Peluru itu kemudian bergerak menembus otaknya. Nah, di sinilah keajaiban itu terjadi. Ternyata otak Petra memiliki sebuah saluran yang tak biasa. Saluran itu penuh cairan. Ini cacat otak bawaan yang tak biasa. Namun justru itulah yang menyelamatkan nyawa Petra. Peluru yang masih memiliki daya dorong itu, setelah mengenai tulang hidung Petra, kemudian berjalan melewati saluran itu tanpa melukai otak dan akhirnya berhenti di belakang tulang kepala Petra. Sungguh luar biasa!
Meski begitu Petra kini masih terbaring di rumah sakit menunggu penanganan lebih lanjut. Seandainya saja otaknya tak memiliki kelainan, ia bisa saja menjadi korban tewas yang ke-13. Keluarganya menyebut itu keajaiban.

0 komentar:

Posting Komentar